Sabtu, 26 Maret 2011

HARDCORE

Musik "Hardcore" dan Perempuan Berjilbab Itu...

Siapa bilang Metal itu identik dengan kekerasan. Justru sebaliknya Metal itu dekat dengan kelembutan dan kasih sayang! Ini salah satu buktinya:


WAKTU baru menunjukkan pukul 7.30 WIB, Senin (7/3) lalu. Namun, suasana di Jln. Karanganyar No. 37 Kota Bandung sudah ramai oleh suara teriakan anak kecil yang, sesekali, ditingkahi suara beberapa perempuandewasa. Riuh rendah itu baru terhenti ketika seorang perempuan berpakaian setelan jas kuning dengan kerudung hitam mengangkat tamborin lalu menggoyangkannya kuat-kuat. Seketika itu juga, perhatian puluhan anak kecil berpakaian ala pelaut putih-biru langsung tertuju kepada perempuan bertubuh mungil itu.


Perempuan itu bersenandung, "Deng deng deng...dangukeun bel tos disada, lebet ka kelas sing ati-ati, sareng bu guru ..." (deng deng deng...dengarkan bel sudah berbunyi, masuk ke kelas dengan hati-hati, bersama ibu guru... -red.). Bocah-bocah itu berbaris rapi sambil menirukan ucapan perempuan tadi.

Selesai berbaris dan bernyanyi, anak-anak secara tertib masuk ke dalam kelas. Namun, Avei (4), memilih berdiri di samping sang guru, menunggu semua temannya rnasuk kelas. Ketika perempuan itu hendak menuntunnya masuk kelas Avei malah menarik tangan sang guru. Lalu; ia berbisik, "Bu Gulu, kalau udah besal, Avei mau jadi penyanyi lok kayak Bu Gulu".

Sang guru yang diidolakan murid-murid TK Kuncup Harapan itu adalah Asri Yuniar (29). Sekilas, dia memang seperti kebanyakan guru TK lainnya, manis, ramah, sabar, dan baik hati. Penampilannya pun bersahaja. Siapa sangka, pada waktu luang setelah bekerja sebagai guru TK. Achie - demikian Asri akrab disapa - juga berperan sebagai vokalis band hardcore Gugat. la fasih menggunakan teknik vokal scream setiap kali manggung.

******

GURU TK dan vokalis band hardcore bagaikan dua dunia yang bertolak belakang. Namun, bagi Achie, kedua dunia itu justru mampu menyeirnbangkan hidupnya. Sebagai putri bungsu - dari dua bersaudara - pasangan Yono Hapriono (46) dan mendiang Hermin. Achie dibesarkan dengan nilai-nilai tanggungjawab dan kemandirian yang kuat.


Pada usia muda, alumnus Fakultas Sastra Unpad tahun 2005 itu menyaksikan perjuangan sang ayah untuk mendapatkan haknya ketika diberhentikan dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Dia juga melihat peran sang ibu - pada masa-masa itu - sangat besar, terutama dalam menjaga keyakinan akan masa depan keluarganya, Oleh karena itu, tidak heran jika Achie tumbuh menjadi sosok mandiri yang total berjuang untuk mewujudkan keyakinannya.

Saat duduk di bangku SMP. sekitar 1997. ketika kebanyakan remaja menyukai musik-musik boyband atau penyanyi solo bertampang cantik atau tampan, Achie justru merasa jenuh. Warga Kompleks Neglasarl, Ujungberung, Kota Bandung itu seperti merindukan musik yang orisinal dan bersifat lebih pribadi. Seorang teman kemudian mengajaknya ke pertuniukan musik beraliran grunge di GORSaparua. Kota Bandung. Achie pun jatuh cinta.

Menginjak SMA, Achie yang pandai bermain bass memberanikan diri membentuk band "Capability" yang semua personelnya perempuan. Karena ngefans berat dengan Kurt Cobain, vokalis band grunge Nirvana. "Capability" hampir selalu menyanyikan lagu-Iagu milik band "Hole" yang vokalisnya merupakan pacar mendiang Kurt Cobain, Courtney Love. Namun. band SMA itu tidak bertahan lama karena tidak lama kemudian Achie bergabung dengan band "Dining Out." Band itu mendapatkan banyak respons positif dari kalangan muda Kota Bandung. Tak lama setelah membentuk band. Achie dkk pun mendapat banyak undangan untuk tampil pada berbagai pentas seni SMA.

"Saya kan enggak boleh pulang di atas jam enam sore. Jadl, kalau rnanggung, selalu minta sebelum magrib, Padahal, kan band bintang tamu itu biasanya main paling malam. Sampai-sampai band saya itu disebut band 'anak mami' ." tuturnya, seraya tertawa.

Kiprah Achie di dunia musik beraliran keras (yang lazim disebut banyak orang sebagai musik bawah tanah) berlanjut hingga masa kuliah. Merasa tidak puas dengan band "Dining Out". pada tahun 2003. Achie kemudian membentuk band baru bernama "Gugat" yang beraliran hardcore. Di band inilah Achie didaulat sebagai vokalis, dengan satu teknik vokal, scream.

******

AGAK sulit membayangkan bagaimana mungkin rnulut semungil itu bisa mengeluarkan suara-suara keras nan "menyeramkan" ala para vokalis hardcore pada umumnya. Akan tetapi, "PR" sudah menyaksikan sendiri bahwa Achie memang bisa. Ketika berbincang secara personal, Achie terbilang tidak banyak omong dan cenderung malu-malu.

Namun, begitu masuk ke studio dan menggenggam mikrofon, Achie seperti berubah menjadi orang lain. Teriakan yang keras dan memekakkan telinga seperti keluar begitu saja dari mulutnya, rnenglmbangi pukulan drum dan petikan gitar bertempo sangat cepat.


Setelah merasa nyaman bersama "Gugat", Achie kemudian memutuskan untuk mengenakan jilbab. Istri Hari Gartika (32) itu rnengaku sempat ada kekhawatiran akan munculnya penolakan dari komunitas musik bawah tanah terhadap keputusannya itu. Namun, kekhawatirannya itu tidak terbukti. Rupanya, komunitas musik bawah tanah memang menepati filosofi mereka untuk menghargai keanekaragaman.

Meskipun demikian, setelah berjilbab dan kini menjadi seorang ibu, Achie mengakui bahwa banyak perubahan dalam penampilannya, terutama saat manggung. Dulu, Achie akan tampil total rnenggunakan berbagal aksesori untuk mendukung konsep band dan lagu-lagu yang dibawakannya. la memakai spike di kedua lengan (sebagai simbol perjuangan) dan rantai di celana (sebagai simbol kebebasan). Selain itu, ia pun akan membubuhkan tindikan di telinga, hidung, dan lidah. Sekarang, kostum manggung Achie lebih sederhana, hanya paduan celana jins dan sweater atau kaus oblong. "Yang penting kan kualitas lagu sama musiknya," ucapnya.

Saat ini, terdapat sekitar tiga ribu fans berat Gugat yang tersebar di seluruh Indonesia. Band yang diawaki Achie bersama empat personel lainnya, yakni Iman (drum), Okid (vokal), Oce (gitar), dan Bayu (bas), itu tengah mempersiapkan album pertamanya yang akan dirilis tahun ini. Achie dan Okid berperan sebagai penulis lirik lagu yang terinspirasi dari pengalarnan pribadi mereka.

"Saya merasa nyaman dengan musik underground karena bebas berekspresi. Musik ini juga banyak mengeksplorasi sisi kelam kehidupan yangjarang tersentuh oleh aliran musik lain," katanya.

Dengan perasaan itu, rasanya mustahil bagi Achie untuk meninggalkan dunia musik bawah tanah. Sikapnya yang konsisten dengan menjaga profesionalitas - antara pekerjaan sebagai guru TK dan sebagai vokalis band hardcore - berhasil menuai hormat dari orang-orang di sekelilingnya. Sejumlah orang tua murid di TK tempatnya mengajar malah sampai rnenggelar nonton bareng aksi panggung "Gugat" pada beberapa kesempatan. Beberapa murid Achie bahkan sangat mengaguminya sehingga mereka bercita-clta menjadi penyanyi rock saat dewasa kelak.

"Pelajaran terbesar yang saya dapat dari musik ini adalah filosofi do it yourself atau kemandirian dan selalu berkarya. Satah besarj ka orang selalu mengidentikkan kami dengansesuatu yang negatif. Saya buktinya. Saya seorang guru, seorang ibu, dan seorang pencinta musik hardcore," tuturnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar